Ada tiga "panggung" besar dan menarik yang menyemarakkan "agustusan" tahun ini. Tanpa bermaksud mengecilkan "panggung" yang lain, tiga panggung tersebut adalah : pertama, panggung peringatan kemerdekaan RI ke -72. Kedua, panggung diskusi dan perdebatan tentang pelaksanaan program Full Day School (FDS) di bidang pendidikan. Ketiga, Panggung hiburan berupa penayangan film drama-biopik tokoh Indonesia berjudul Nyai Ahmad Dahlan.
Panggung pertama merupakan panggung rutin tahunan yang muncul setiap bulan agustus di negeri ini. Sedangkan "panggung" kedua dan ketiga adalah "panggung" insidental yang muncul pada agustus tahun ini. Panggung pertama dan kedua sudah mulai semarak "digelar" sedangkan panggung ketiga masih gencar dipromosikan. Sesuai jadwal, akhir agustus nanti panggung ketiga baru bisa disaksikan.
Panggung pertama rutin dilaksanakan setiap tahun karena merupakan "ritual khusus" rakyat Indonesia. Bulan Agustus adalah bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tahun 1945 tepatnya tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia mendapatkan rahmat kolektif berupa kemerdekaan setelah kurang lebih tiga ratus lima puluh tahun hidup dalam hegemoni penjajahan oleh bangsa lain. Sebagai perwujudan rasa syukur dan mengenang perjuangan merebut kemerdekaan berbagai acara digelar pada bulan ini seperti upacara, berbagai lomba, resepsi kemerdekaan, pawai/karnaval, pemasangan umbul-umbul dengan berbagai pernak-pernik lampu, ziarah ke taman makam pahlawan dan lain-lain.
Panggung pertama mempunyai tujuan yang mulia. Pelaksanaannya pun sering dilakukan rakyat dengan sukarela. Bekerjasama bergotong royong dengan pembiayaan iuran bersama. Semangat persatuan sangat kental terlihat dalam kegiatan ini. Okelah, agar adil harus diakui terkadang ada yang berbuat "negatif" dari panggung yang mulia tersebut. Namun, panggung pertama terlaksana dalam ranah yang luas tanpa pertentangan pro dan kontra.
Panggung yang kedua sebenarnya juga merupakan "panggung" yang mulia. Sebuah panggung yang berisi ikhtiar untuk memajukan pendidikan di negeri ini. Full Day School (FDS) dengan Lima Hari Sekolah (LHS) masih terus diperdebatkan. Diskusi, pembangunan dan penggiringan Opini sampai sikap "antipati" masih terjadi. Polarisasi pendapat terhadap FDS menimbulkan Pro dan Kontra. "Semaraknya" panggung ini semakin terasa karena pihak-pihak telah membuat statis "kacamata" masing-masing. Segala pendapat yang sesuai dengan kacamatanya dianggap benar, dan segala pendapat yang berbeda dengan kacamatanya harus dianggap salah.
Sepertinya, panggung kedua ini memang harus "diselesaikan" dengan membuat "dua panggung". Masing-masing panggung diatur dan diterapkan sesuai "kacamata" yang diyakini benar dan lebih bermanfaat tanpa harus berselisih dengan panggung yang lain. Panggung Pro FDS melaksanakan FDS, Panggung kontra FDS melaksanakan program non FDS yang ingin diterapkannya. Biarlah semangat " fastabiqul khoirot" dan zaman yang akan menjawab kebenaran pendapat diantara pilihan keduanya.
Panggung ketiga adalah panggung hiburan sekaligus pencerahan. Bagi mereka yang telah "mengikuti" atau sekedar melihat dari jauh dua panggung yang telah disebutkan di atas sebaiknya melihat "panggung" ketiga ini, panggung rilis film Nyai Ahmad Dahlan. Tokoh yang diperankan dalam panggung ini adalah salah satu "bagian" dari adanya panggung pertama. Beliau ada bersama deretan para pahlawan kemerdekaan negeri ini. Bagi mereka yang menikmati panggung kedua dengan perdebatan FDSnya, panggung ketiga ini bisa menjadi inspirasi sekaligus obat anti alergi yang mungkin timbul ketika sama-sama berpartisipasi di panggung kedua.
(Salah satu kekuatan dari perjuangan Nyai Ahmad Dahlan dan Aisyiyah adalah semangat berinfaq dan bersedekah sebagaimana ajaran islam. Di dalam Al Qur'an banyak disebutkan tentang perumpamaan indah tentang infaq dan sedekah. Anda bisa membacanya juga di artikel Perumpamaan Indah tentang Infaq dan Sedekah )
Film Nyai Ahmad Dahlan rencana mulai tayang di bioskop mulai tanggal 24 Agustus 2017. Film yang disutradarai Olla Atta Adonara dan dibintangi oleh Tika Bravani, David Chalid, Cok Simbara, Della Puspita ini diproduksi oleh Iras Film. Dengan produser dan penulis Dyah Kalsitorini film ini bercerita tentang perjalanan hidup dan perjuangan Nyai Ahmad Dahlan sebagai tokoh emansipasi dan pendidikan perempuan.
Nyai Ahmad Dahlan mempunyai nama asli Siti Walidah lahir di Yogyakarta pada tahun 1872. Selain aktif mendukung perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah, Walidah mendirikan pengajian perempuan dengan nama Sopo Tresno pada tahun 1914 yang menjadi Cikal bakal berdirinya organisasi 'Aisyiyah. Kiprahnya yang besar dalam usaha pendidikan dan kemajuan perempuan mendapatkan penghargaan dengan penganugerahan Pahlawan Nasional dari pemerintah pada tahun 1971. Perjuangannya yang panjang dan bersinggungan dengan tradisi dan kondisi di eranya menarik untuk diikuti.
Bila anda suka dengan panggung pertama dan kedua, sebaiknya lengkapilah dengan menikmati panggung ketiga.
Agustus 2017
Redaksi lsbomuh.blogspot.com
(BACA JUGA :
Aisyiyah dalam Puisi)
Comments
Post a Comment