Skenario Film Pendek
“70 : 30”
Karya: MPI & LSBO Muhammadiyah Kota Blitar
PEMAIN DAN KARAKTER :
1. Rifai: kakak Ali, penyayang, taat agama, kalem, . (40 tahun)
2. Ali: adik Rifai, tegas, taat agama, teguh pendirian (38 tahun)
3. Pak De Kasan: penyabar, mengayomi, berwibawa, suka menolong. (60 tahun)
4. Maya: istri Ali, ramah, penyayang.(36 tahun)
5. Rifai masa anak-anak : penyayang (6 tahun)
6. Ali masa anak-anak : Manja (4 tahun)
____________________________________
SINOPSIS FILM PENDEK
" 70 : 30 ”
Dua orang bersaudara yang saling menyayangi, Rifai dan Ali berselisih tentang
pembagian harta peninggalan orang tuanya yang dianggap belum mencerminkan
keadilan. Keduanya saling tidak mau mengalah dan berpegang kuat pada
pendapatnya masing-masing.
Perbedaan pandangan keduanya dalam menyikapi wasiat ayahnya untuk membagi
hasil usaha warisan ayahnya dengan perbandingan 70% : 30% merenggangkan
hubungan kakak beradik yang sejak kecil saling menyayangi sebagaimana idealnya
hubungan saudara kandung. Rifai sang kakak yang mendapatkan pembagian hasil
usaha sebesar 70% berupaya untuk membagi sama 50% : 50% dengan adiknya
sebagaimana hukum waris dalam agama islam. Sementara Ali, sang adik tetap
ngotot untuk melaksanakan wasiat ayahnya yang telah tiada dengan hanya menerima
30% dari hasil usaha keluarga.
Sikap teguh dua bersaudara ini tidak dapat terselesaikan di antara mereka. Maka
dua bersaudara yang saling menyayangi dan taat agama ini meminta pertimbangan
pamannya yang arif untuk membantu menyelesaikan masalah keduanya.
____________________________________
SKENARIO FILM PENDEK
“70 : 30”
01. PEMBUKA.
Film dibuka dengan
tulisan lembar demi lembar : MPI & LSBO Muhammadiyah Kota Blitar
mempersembahkan ; Film Pendek “70 : 30” ; Nama Tokoh dan pemeran.
CUT TO
02. EXT. JALANAN. SORE
HARI (DENGAN KESAN JADUL)
PEMAIN: Rifai
dan Ali masa anak-anak
Rifai dan Ali
bermain sepeda dengan gembira. Ali, sang adik terjatuh dari sepeda dan terluka.
Ali kesakitan dan menangis. Kemudian Rifai dengan penuh kasih sayang menolong
adiknya dan menggendongnya pulang.
CUT TO
03. EXT. HALAMAN RUMAH
ALI. MALAM HARI
PEMAIN: Rifai
dan Ali ( DEWASA )
Rifai turun dari mobil menuju pintu rumah Ali.
RIFAI : “Assalamualaikum..“
Terdengar jawaban dari dalam rumah “wa’alaikum salam”
Ali membuka pintu dari dalam rumah dan menyambut hangat Rifai. Keduanya
berjabat tangan.
ALI : “Eh, mas Rifai. Monggo mas silahkan masuk”.
CUT TO
04. IN. RUANG
TAMU. MALAM HARI
PEMAIN: Rifai dan Ali ( DEWASA )
ALI : Monggo silahkan duduk mas, kok tumben kesini sendirian saja mas.
RIFAI : iya dik, biar lebih bebas ha..haha..( sambil duduk). Mana
anak-anak kok sepi?
ALI : ada mas di dalam, belajar. Katanya sih besok mau ujian mid semester.
Adik.. ini lho ada om Rifai. (menyeru anaknya)
Maya (istri Ali) dan dua anaknya masuk ruang tamu dari ruang keluarga. Kedua
anak Ali bersalaman dengan Rifai sambil mencium tangannya dengan takdhim.
Sedangkan maya mengangkat kedua tangan di atas dadanya sambil tersenyum dan
menyapa : “mbak Linda mboten ikut mas Rifai?
RIFAI : nggak dik Maya, di rumah nunggui anak-anak belajar. Katanya sih besok
ada ujian.
MAYA : Oh iya, sama. Anak-anak juga. Mas Rifai kerso kopi?
RIFAI : kalo ada teh tawar saja dik Maya.
MAYA : Nggih mas, ada.
Maya dan kedua anaknya kembali masuk ke ruang dalam rumah.
ALI : gimana
kabarnya bu Likah, mas. Sudah sehatkah?
RIFAI : Alhamdulillah begitulah, sehatnya orang sepuh. Setelah pulang dari
rumah sakit Aminah kondisi ibu sudah makin baik. Sudah bisa jalan jalan dan
masak sendiri.
ALI : syukurlah mas kalo gitu.
RIFAI : ya, kondisi ibu yang seperti itu menjadi lahan birrul walidain yang
lebih besar bagi kami anak-anaknya dik.
ALI : nggih mas, saya yakin mbak Linda dan mas Rifai akan mengupayakan yang
terbaik untuk bu Likah.
Maya masuk ke
ruang tamu sambil membawa dua gelas teh dan meletakkan di atas meja.
MAYA : Monggo mas
Rifai tehnya.
RIFAI : terima kasih dik Maya.
Maya kembali masuk
ke ruang dalam rumah.
ALI : Monggo mas
diminum. (Sambil mempersilahkan dengan tangannya)
Rifai dan Ali
meminum teh.
RIFAI : dik Ali,
selain bersilaturahmi, sebenarnya ada yang ingin aku diskusikan denganmu.
ALI : ada apa nggih mas, nggak biasanya mas Rifai serius seperti ini ( Sambil
tersenyum)
RIFAI : begini adikku. Aku berfikir, sudah saatnya kini bagi kita untuk
meluruskan kesalahan yang ada pada keluarga kita. (Berhenti sejenak)
ALI : maksudnya pripun mas.
RIFAI : aku merasa, bahwa selama ini aku berbuat dzolim padamu. Karena itu aku
ingin meluruskannya.
ALI : mas Rifai bicara nopo to... kulo mboten paham.
RIFAI : begini dik. Selama ini aku menikmati 70% hasil usaha keluarga kita,
sedangkan engkau hanya mendapatkan 30% nya saja. Jadi hal ini harus kita rubah
sehingga engkau dan aku mendapatkan bagian yang sama.
ALI : mboten mas. Itu adalah wasiat bapak. Mas Rifai tidak berbuat dzolim.
RIFAI : tidak dik. Saat ini hasil usaha itu harus kita bagi sama. Sesuai hukum
waris engkau dan aku mempunyai hak bagian yang sama.
ALI : tidak bisa mas. Pembagian seperti yang ada sekarang ini adalah wasiat
dari almarhum bapak. Kita laksanakan apa yang beliau wasiatkan pada kita.
RIFAI : tapi untuk saat ini kita harus membaginya sesuai hukum waris dik.
ALI : tidak bisa mas. Wasiat ayah harus tetap kita laksanakan.
RIFAI : dik Ali, kalau pembagian ini tidak kita ubah sesuai hukum waris, maka
itu artinya aku telah mengambil 20% harta yang seharusnya menjadi milikmu.
Dan...
ALI : tidak mas, mas Rifai tidak mengambil sedikitpun hakku. Kita berdua hanya
melaksanakan apa yang menjadi wasiat ayah.
RIFAI : begini dik. Engkau dan aku punya kewajiban untuk melaksanakan syariat
islam di atas segalanya. Bila pembagian hasil usaha peninggalan ayah tetap kita
bagi dengan pola 70 : 30, maka sesungguhnya itu berarti aku mengambil sebagian
yang bukan hakku. Dan itu menjadi dosa yang harus kupertanggungjawabkan sampai
akhirat dik. Mohon mengertilah.
ALI : apakah mas Rifai juga berpikir, kalau aku terima 50% hasil usaha berarti
aku mengambil hak yang seharusnya bukan untukku. Wasiat ayah sudah jelas mas.
Mas Rifai mendapatkan 70 dan aku 30. Tidak usah dipersoalkan.
RIFAI : tapi dik...
ALI : sudahlah mas. Apakah mas Rifai ingin memberikan kelebihan harta untukku
di dunia dan menjerumuskan aku di akhirat? Tidak kan?
RIFAI : tapi dik...
ALI : sudahlah mas. Jangan persoalkan hal itu lagi.
(Keterangan : Kamera diatur zoom in-out secara serasi : kadang menyorot pemeran
yang sedang berbicara, kadang menyorot suasana ruang tempat dialog)
CUT TO
05. IN. RUANG TAMU
RUMAH RIFAI. MALAM
Rifai termenung sendiri. Terdengar suara pesan almarhum ayahnya sewaktu masih
hidup : "anakku, kalian berdua kakak beradik hiduplah dengan rukun dan
saling membantu. Sesuai dengan kondisi kalian sekarang bagilah hasil usaha
keluarga kita, 70 % untukmu Rifai dan 30% untukmu Ali. Ku harap kalian saling
memahami, Rifai saat ini kebutuhannya lebih banyak daripada kamu Ali, maka dia
mendapatkan bagian lebih banyak dari mu". (Nggih pak, jawab keduanya).
RIFAI : bapak...
mengapa engkau wasiatkan sesuatu yang memberatkan aku.. astaghfirulloh..
(Sambil mengusap dan menutup muka dengan kedua tangannya)
CUT TO
06. IN.TEMPAT
SHOLAT. MALAM.
Ali bersila diatas sajadah sambil menengadahkan tangan berdoa.
ALI : Ya Alloh
ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Dan kasihilah mereka sebagaimana
mereka mengasihiku di waktu kecil. Ya Alloh, berikanlah ketabahan dan kekuatan
pada mas Rifai kakakku.
CUT TO
07. EXT. HALAMAN
RUMAH PAK DE KASAN. SORE.
kamera menyorot
rumah pak de KASAN dari depan beberapa saat.
CUT TO.
08. IN. RUANG TAMU
PAK DE KASAN. SORE
Pemain : Pak De Kasan, Rifai dan Ali.
Pak De Kasan,
Rifai dan Ali duduk di ruang tamu.
RIFAI : Pembagian
harta waris pertanggungjawabannya dunia akhirat kan pak De.
ALI : Bukankah birrul walidain juga syariat agama. Melaksanakan wasiat juga
perintah agama. Keduanya juga harus dipertanggungjawabkan hingga akhirat juga
kan?
Suasana hening
sejenak.
PAK DE KASAN :
Begini Rifai dan Ali, sungguh beruntung adikku punya dua putra seperti kalian.
Di saat banyak orang di luar sana berebut harta bahkan dengan cara yang tak patut
menurut agama. Kalian sangat Hati-hati untuk tidak sampai mengambil hak saudara
sendiri atau orang lain. Aku juga ikut bangga. Alloh Maha Mengetahui sekaligus
Maha Adil. Alloh SWT menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan
untuk hambanya. Yuriidulloohu bikumul yusroo walaa yuriidu bikumul 'usro.
Seperti kalian tahu, adikku orang yang paham agama. Dia tahu betul bagaimana
batasan berwasiat dalam islam. Dia juga tahu kualitas anaknya dalam komitmen
beragama. Aku yakin kalian juga memahami masalah ini. Sekarang tenangkanlah
diri kalian. Dengan semangat persaudaraanmu, Insya Alloh kalian mendapatkan
jalan penyelesaiannya".
09. PENUTUP
Dalam pencahayaan yang samar, Rifai dan Ali berpelukan.
Muncul tulisan
arab :
innal mukminuuna ikhwatun, fasslihuu baina akhowaikum.
Muncul tulisan :
Produksi dan tahun.
Sekian.
Comments
Post a Comment