Hal yang tak pernah dilakukan oleh salah satu bagian tubuh kita atas bagian tubuh yang lain adalah menyakitinya dengan sengaja. Pada tubuh yang normal, tentu saja tidak akan dijumpai adanya satu bagian tubuh yang menghalangi bagian tubuh yang lain melaksanakan tugasnya, apalagi mengganggu bagian tubuh lain mendapatkan kenikmatan. Akan cukup menjadi indikasi tubuh yang tidak normal manakala ada tangan kanan yang menyuap makanan ke mulut kemudian tangan kiri bergerak menghalanginya.
Hanya tubuh dari jiwa yang tak normal yang sebagian dari bagian tubuhnya menyakiti bagian tubuh yang lain. Adalah "ketidakwarasan" yang memungkinkan tangan seseorang menganiaya bagian tubuhnya sendiri.
Setiap mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu tubuh. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim : "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”.
Sebagai wajarnya satu kesatuan bagian tubuh. Ketika mata melihat ada "koreng" di kakinya, maka mata tidak akan mengolok-olok kakinya yang koreng. Mata akan mengirim pesan ke seluruh tubuh dan segera mendapatkan respon yang serasi untuk mengupayakan kesembuhan kaki dari koreng. Itulah kondisi alamiah tubuh. Tubuh yang normal.
Kesadaran organ tubuh sebagai satu kesatuan menempatkan masing-masing sesuai karakter dan perannya. Mata dan kaki punya karakter dan fungsi yang tak sama, mereka tidak akan iri akan hak dan kewajiban masing-masing atas yang lain. Secara tampilan keduanya beda, tentu juga beda "golongan" organ. Namun, tak lantas perbedaan itu menjadi bahan pembenaran untuk mengunggulkan diri seraya menyalahkan dan merendahkan yang lain.
Tubuh sangat harmonis. Bahkan otak yang konon menjadi pusat syaraf, tak pernah merasa paling cerdas dibandingkan dengan mata kaki sekalipun. Atau, kaki yang biasa menopang seluruh organ tubuh tak pernah merasa paling berjasa dibandingkan organ tubuh lainnya.
Pada hakikatnya, masing-masing organ sadar, mereka tiada arti tanpa adanya organ yang lain. Ribuan kumpulan tangan tidak dapat menjadi satu tubuh, jutaan kepala juga tak cukup untuk membentuk satu tubuh. Karena tubuh tidak dibentuk dari satu jenis organ.
Untuk bisa lebih memahami pentingnya sesama mukmin yang bagaikan satu tubuh, sehingga muncul sikap saling menghargai, mari kita renungkan dialog berikut ini :
PERCAKAPAN TUBUH
"Aku ingin makan" hati berkata.
"Baiklah aku berjalan" kaki menjawabnya.
"Tunggu, aku belum berpakaian" paha dan perut menyahut.
"Oke, aku carikan" mata segera menyambut.
"Sini aku pasangkan" tangan menawarkan.
"Sudah, aku jalan ya" kaki memastikan.
"Sebentar, kancing celana belum tertutup" jawab tangan.
"Oke selesai, jalan" mata memberi aba.
"Kita sampai" kaki berkata.
"Piring dan sendok sudah disiapkan" tangan memberi berita.
"Nasi, sayur lodeh, kerupuk, ayam goreng" mulut menyampaikan maksud.
"Sambalnya juga" mata melirik manja.
"Terima kasih, saudara" perut bicara menutup.
AYO MENCINTAI SESAMA MUSLIM
(
Baca juga:
Puisi Cahaya Muhammadiyah dan
Tembang Pembuka Karawitan Suryo Pradonggo ).
Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
PDM Kota Blitar
Comments
Post a Comment