Oleh : Nur Rozik, S.Kom
Nonton bareng film memang tidak menjadi agenda populer di kalangan aktifis Muhammadiyah dan organisasi otonom muhammadiyah ( Ortom ). Namun kegiatan nobar film Nyai Ahmad Dahlan yang mulai tayang di bioskop bisa menjadi alternatif kegiatan bersama yang mengasyikkan sekaligus mendatangkan pencerahan.
Setidaknya itulah yang dirasakan oleh peserta Nonton Bareng Film Nyai Ahmad Dahlan bersama Angkatan Muda Muhammadiyah Blitar yang terlaksana pada kamis, 24/08/2017 di golden theater Tulungagung. Kegiatan yang diikuti 25 orang terdiri dari unsur Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Hizbul Wathon Kota Blitar ini dikoordinir oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Kota Blitar.
Nobar bisa menjadi ajang silaturrahim kolosal di darat, karena kita bisa bertemu dengan para aktifis penggiat da’wah dari berbadai daerah, bisa menjadi tempat diam-diam menitihkan air mata yang bisa jadi kita mata air kita lama kering karena sudah terbiasa dengan kesenangan, bisa secara diam-diam jantung berdetak kencang melihat adegan-adegan pada film yang menakjubkan dan sentuhan kata-kata yang menyentuh hati dan masih banyak lagi.
|
makan bersama sebelum nonton film nyai ahmad dahlan |
Film Nyai Ahmad Dahlan sangat layak di tonton oleh para aktifis pergerakan muhammadiyah, khususnya ibu-ibu Aisyiyah. Lebih bagus lagi ditonton rame-rame oleh anggota keluarga. Karena da’wah itu ibarat mendorong kereta, ada gerbong, masinis dan penumpang.
(Baca juga:
Nyai Ahmad Dahlan Semarakkan Panggung Agustusan ).
Nilai moral yang disampaikan sangat mendalam dan aplikatif, bahwa bermuhamamdiyah itu selalu ada tantangan dari mulai muhammadiyah didirikan hingga sekarang dan itu tak kan pernah berhenti. Tantangan bisa berupa ancaman fisik, intimidasi moral dan kondisi sosio kultur masyarakat yang tetap menganggap muhammadiyah sebagai ancaman.
Bermuhammadiyah dan ber’aisyiyah itu memerlukan keteguhan hati khususnya yang berkaitan dengan tuntutan keikhlasan. Berjuang dalam muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, persoalan-persoalan dalam keluarga seyogyanya harus tuntas lahir batin terlebih dahulu. Anak harus mengerti, istri harus paham syukur-syukur tersadar memahami.
Berdakwah harus kompak dan saling mendukung antara istri, anak, dan kepala rumah tangga. Bermuhammadiyah butuh pengorbanan biaya, selain pengorbanan lain sebagai konsekuensi berjuang di jalan dakwah. Pelajaran seperti ini bisa kita dapatkan juga dari pesan film.
KH. Ahmad Dahlan berkata:
"Mengingat keadaan tubuhku kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian."
"Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya."
“Hidup-hidupilah muhammadiyah, jangan cari hidup di muhammadiyah”.
Nur Rozik, S.Kom
Ketua MPI PDM Kota Blitar.
Comments
Post a Comment